Rabu, 25 Maret 2009

BURUH dan PEMILU

Indonesia mempunyai catatan tersendiri mengenai proses demokrasi, dimana pada awal pembentukan republik ini, para tokoh pejuang kemerdekan dipusingkan untuk membentuk jati diri sebuah bangsa yang notabene baru merdeka, sampai pada beberapa perdebatan yang menghasilkan gagasan tentang “sistem demokrasi pancasila” menuju “sistem demokrasi terpimpin” yang waktu itu di pimpin oleh presiden soekarno yang dikenal denga pemerintahan orde lama, meskipun sistem ini berjalan dengan kurun waktu 1945 - 1968, namun didalam prjalanannya mendapatkan kritik yang cukup pedas atas sistem yang dijalankannya.

Akhirnya sistem yang dibangun oleh soekarno tergulingkan oleh pemerintahan orde baru “soeharto” 1968 – 1998 orde baru merubah sistem demokrasi terpimpin menjadi “parlementer” yang mana cirin-cirinya adalah proses pemilihan dan pengangkatan presiden/wakil presiden dipilih oleh perwakilan rakyat yang duduk diparlemen (MPR).

Masing-masing rentetan politik di negeri ini memberiakan penilaian terhadap identitas, jati diri sebuah bangsa terhadap setiap saiapa yang memimpin. Orde lama menyumbangkan sifat nasionalisme, menyatukan bangsa. Orde baru yang menyumbangkan pembangunan yang pesat mulai dari supra sutruktur maupun infastruktur, pembangunan ekonomi, dan Pemerintahan yang Korup.

Sejak bergulingnya orde baru pada tahun 1998 yang di gulingkan oleh gerakan mahasiswa dan buruh, yang kemudian memasuki babak perubahan sistem di negara ini, yang dikenal dengan Era Reformasi membawa harapan terlaksananya demokrasi yang sesungguhnya, dan pada tahun 1998 mekanisme sistem demokrasi (dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat) baru dimulai dengan adanya pemilu 2004, dimana presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilu, yang menghasilkan presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) dan wakil presiden (Yusuf Kala) priode 2004 – 2009.

Memasuki pemilu pada tanggal 9 april 2009, merupakan fase perubahan pemerintahan, proses pergantian kekuasaan, proses demokrasi, proses menuju perubahan, proses pemilahan umum, atau apalah namanya. Ini dilakukan 5 tahun sekali dengan mekanisme pemilahan umum yang berdasarkan atas Undang-undang Dasar 1945 dan UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakail Presiden serta UU No. 10 tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Peran Buruh dalam Pemilu 2009
Ditengah-tengah krisis politik, kirisi demokasrasi akibat regiem yang otoriter selama 32 tahun, gerakan buruh terpenjarakan dalam ruji beji yang kokoh oleh sistem pemerintahan orde baru, pemasungan hak-hak untuk berserikat, berkumpul dan mendirikan organisasi dalam sistem sentralisasi 1 (satu) wadah SPSI. Pola politik yang tidak mencerminkan demokrasi tumbuh subur di negeri ini dalam keemimpinan Soeharto, dan pada akhirnya tahun 1999 di mulai dengan diratifikasinya konvenan ILO oleh pemerintahan BJ, Habibi, kebijakan ini memberikan jaminan bagi pemenuhan dan penghormatan bagi Hak Asasi Maanusia yang sepesifikasi mengenai pemenuhan tehadap kebebasan berkumpul, mendirikan organisasi, mendirikan serikat buruh.

Dengan diratifikasinya konvenan ILO, banyak bermunculan organisasi-organisasi buruh di negeri ini dan menandakan demokrasi telah dirasakan oleh kaum minoritas, dan dari sini gerakan-gerakan buruh turut andil dalam pentas politik dinegeri ini bahkan dalam menghadapi Pemilu 2009 ada satu parpol yang memakai nama paratai buruh, apakah itu tertanda bahwa pendidikan politik sanggat penting nagi buruh ataukah pendidikan politik ini mengantarkan pada bentuk politik etis atau politik praksis? Tentunya perlu dijawab secara bersama.

Pertumbuhan/perbaikan ekonomi, banyaknya infestor di indonesia, di telingga kita sering terdengar perubahan itu adalah hasil dari kebijakan pemerintah dan tidak melihat di sekelilingnya, buruh di jadikan sebagai obyek atas kebijakan, padahal tanpa buruh bagaimana pertumbuhan ekonomi kita bisa maju, ini yang sering dilupakan oleh pemerintah, dan saatnya buruh bangkit untuk memperjuangkan di tahun 2009.

Selama ini buruh hanya diam dan menjadi alat kepentingan bagi politik, apakah wacana ini yang mengakibatkan buruh menjadi banggkit dan turut serta dalam pemilu 2009 tentunya tidak demikian, berbagai persolan atas kebijakan yang di buat oleh pemerintah yang tidak demokratis menjadi salah satu falsafah atas gerakan buruh untuk turut serta membangun negara ini menuju demokrasi yang dicita-citakan masyarakat, dan bukan sebagai ajang coba-coba belaka. Benarkah demikian adanya?

Momen pemilu 2009 rakyat indonesia mempunyai berjuta mimpi, harapan untuk adanya suatu perubahan dalam negeri ini, mulai dari petani, buruh, tukang ojek, tukang becak, buruh migran, sampai pada elit politik. Mempunyai harapan dan cita-cita yang beragam tapai kesemuanya harapan itu bisa diasumsikan dengan adanya perubahan yang baik dalam negeri ini.

Berbondong-bondong semangat telah terkobarkan pada rakyat yang berada pada posisi minoritas atau pada level setrata bawah (buruh), momen 2009 tidak bisa lagi dilewati, dan diabaikan. Demokrasi telah lahir tak bisa disiasiakan untuk melakukan perubahan begitulah buruh menyikapi dengan mencalonkan diri untuk turut andil dalam pemilihan 2009, banyak partai yang sudah familyer di telingga masyarakat mencalonkan buruh untuk menjadi Caleg DPR RI maupun Caleg DPD, dan ada buruh yang di usung dari partai baru yang mengatasnamakan ”partai buruh”, entah partai ini adalah representatif dari buruh atau tidak? Yang jelas misi, visinya adalah untuk kemajuan bagi buruh.

Tantangan Bagi Buruh
34 parpol dalam pemilu 2009 siap membuka tabir perpolitikan di indonesia dan kesemaunya itu saling merebutkan posis nomor wahid (satu) di indoesia, berbagai tampilan atribut (logo) partai yang hampir sulit di inggat dan membingungkan masyarakat, di tambah lagi dengan beberapa jargon setiap partai yang mengatakan bahwa partainya yang terbaik dan mampu mewujudkan demokrasi, mengemban aspirasi masyarakat dan banyak lagi tawaran politik yang di lontarkan.

Semakin banyaknya partai semaikin panas permainan percaturan, senggol kiri, singgol kanan, senggol depan, senggol belakang seperti halnya goyangan Inul dan Dwi Persik saja watak politik indonesia, begitulah kondisinya ditengah-tengah kebodohan masyarakat akan pendidikan politik dan transisi menuju demokrasi di negara ini. Nah bagaimana dengan Buruh?

Posis buruh akhir-akhir ini cukub besar, namun perlu difahami beberapa serikat buruh bahwa dengan jaminana HAM atas kebebasan serikat membawa pada fragmentasi, pengkotak-kotakann seikat, lahirnya beberapa serikat buruh di daerah-daerah belum terkonsolidasikan menjadi satu suara satu perjuangan, dan ini menjadi tugas yang berat bagi buruh.

Disamping persolan beragamnya serikat buruh perlu diwaspadai juga, bahwa dalam pemilu ini strategi adu domba dari oknum dalam memecah persaudaraan/solidaritas di tinggkat buruh maupun serikat buruh mudah diserangkan, misalnya buruh A diajukan oleh Partai B, dan buruh A didukun oleh partai C, ini akan terjadi di dalam politik kita sehingga mulai dari sekarang serikat buruh/buruh harus memikirkan strategi supaya tidak adanya perpecahan di dalam tubuh serikat.

Sejarah mencatat bahwa gerakan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, solidaritas sanggat perlu dalam dunia gerakan inggat pada pepatah “1 (satu) lidi mudah untuk dipathkan, akan tetapi seribu lidi jadi satu maka tidak mudah untuk dipathakan”, oleh sebab itu perlu difahami dengat seksama, jadi tinggal seperti apa strategi yang di gagaskan untuk menarik simpati dan solidaritas?

Harapan Buruh
Dengan munculnya semnagat buruh untuk turut andil dalam pentas politik ditanggah air, diharapkan mampu membawa suara-suara dari bawah untuk diperjuangkan dalam kursi panas di dewan, dan mampu membawa kemajuan politik, sosial, ekonomi dan pembangunan.

Inggat bahwa pilihan buruh duduk disana adalah bukan sebagai gagah-gagahan belaka melainkan buruh harus siap menjadi “PELAYAN BAGI MASYARAKAT”. Dan inggat bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya”. (Q.S. Ar Ra'du:11). Dengan hal ini perubahan atas perbaikan ekonomi, kesejahteraan, demokrasi, pemerintahan yang adil, ada dalam pundak kita masing-masing dan hari ini buruh menunjukan sikap untuk melakukan perubahan di negeri ini untuk turut andil dalam pemilu 2009. Sehingga peran buruh dalam pentas politik perlu mendapatkan dukungan dari kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar